Antara Lampu Merah dan Penjual Koran

Surabaya. Kalau anda pernah atau sering melewati jalan pertigaan jembatan Jl Pemuda, tentu anda pasti sering melihat 1-2 orang tua yang berjalan sambil membawa koran untuk dijual. Dulu sih, mereka spesials Koran Surya tapi sekarang sepertinya mereka juga berjualan Jawa Pos. Bahkan, sempat terbentuk mind-set bahwa Koran Surya memanfaatkan sisi sosial masyarakat untuk meningkatkan penjualan korannya.

Dan, memang terbukti, sebagian orang yang melewati perhentian traffic-light itu ngerasa iba dan bersedia membeli koran yang mereka jajakan, walaupun mungkin sebenarnya mereka sudah mempunyai koran Jawa Pos kali. Anda bisa bayangkan, berjalan saja sebagian dari mereka agak kesulitan, apalagi harus berlomba dengan waktu lampu merah yang kadang gak seberapa lama. Bahkan, mereka pun terkadang (atau mungkin sering) lebih memilih untuk menjajakan di bagian tepi jalan, agar jika lampu hijau sudah menyala, mereka tidak kesulitan untuk menepi.

Saya jadi ingat dengan salah satu program sosial yang pernah diusung koran besar Jawa Pos. Masih ingat dengan slogan "Jual Koran lebih baik daripada jadi peminta-minta"? Nah, mungkin yang dilakukan Surya berangkat dari ide program itu kali. Tapi, hati saya terbesit tanya, kenapa program sosial jawa pos itu tidak berlangsung lama. Kenapa kok seperti program sosialisasi keselamatan berkendara yang hanya ramai saat pertama kali aja terus menghilang entah kemana. Tapi, saya menebak, sepertinya jawa pos mungkin tidak bisa menghadapi preman yang sudah mengorganisir anak jalanan untuk lebih prospek meminta-minta atau melakukan hal lainnya yang lebih menguntungkan.

Kalau saya perhatikan, dan mungkin Anda sempatkan juga kalau perlu. Persimpangan jembatan Jl Pemuda itu sepertinya bukan tempat strategis bagi penjual koran energik (anak-anak dan orang dewasa). Beda dengan tempat-tempat di jalan darmo, yang setiap berapa meter selalu kita jumpai mereka yang gak perlu keliling seperti orang tua penjual koran di persimpangan itu. Kalau memang tempat itu kurang strategis, kenapa orang tua itu jual di situ ya? Atau, kenapa si organisator orang tua-orang tua itu memilih persimpangan itu? Apa karena disana belum di-klaim oleh preman manapun?

0 comments:

Posting Komentar