Punya Anak Cewek, Harus Bahagia atau Khawatir?

"Remaja sekarang makin berani, dan kita sebagai orang tua harus pandai memproteksi diri"

SELASA, 18 Januari 2011

Anda sudah menjadi orang tua, atau akan menjadi orang tua tidak lama lagi? Mungkin ulasan berikut ini bisa untuk diambil sebuah pembelajaran demi menyiapkan si buah hati tumbuh berkembang sesuai dengan yang kita harapkan. Memiliki anak adalah satu hal yang cukup membahagiakan bagi sebagian besar orang. Ya, saya bilang sebagian, karena tidak sedikit pula para orang-tua beneran atau orang-tua "jadi-jadian" yang menyia-nyiakan anak mereka tumbuh berkembang tanpa adanya kontrol. Atau bahkan ada pula yang lebih sadis berani membunuh karena alasan si anak tidak diinginkan (hamil di luar nikah, misalnya) atau alasan lainnya yang tidak pernah bisa dibenarkan.

Suatu hari saya dalam perjalanan pulang ke rumah. Kebetulan jam pulang bertepatan dengan jam pulang sekolah. Dan saya melihat anak-anak seumuran SMP berboncengan di atas sepeda motor. Kebetulan karena mereka jalan searah dengan saya, sehingga saya coba mengamati perilaku mereka (kebetulan jalanan pas macet juga). Oya, sampai lupa, untuk diketahui mereka yang berboncengan adalah sepasang cowok dan cewek. Dan si cewek tak perlu diragukan lagi, memasang posisi memeluk erat si cowok yang sedang menyetir. Hm.. guman saya, gak munafik sih, saya pun pacaran dulu juga modelnya begitu, tapi bukan seumuran SMP. Tepatnya pas kuliah.

Dulu pada waktu jaman saya pacaran, saya melakukan itu (berboncengan di atas motor sambil si cewek memeluk erat) hapi-hapi aja. Gak peduli sama orang-orang ngeliat atau berprasangka macem-macem. Tapi ketika sekarang saya sudah menjadi orang tua, dan memiliki si buah hati yang kebetulan salah satunya cewek, cukup ketir-ketir alias khawatir bin takut juga ngelihat gaya pacaran anak jaman sekarang. Tidak sedikit berita tentang anak SMP yang tertangkap basah bermain cabul di bilik warnet, di tempat-tempat sepi sampai yang paling sadis, membunuh bayi yang masih orok alias baru saja dilahirkan, lantaran malu dan takut ketahuan teman-temannya.

Sepertinya itu jadi warning sekaligus pekerjaan rumah yang cukup berat bagi orang tua-orang tua jaman sekarang, mengingat lompatan kemajuan jaman terlalu cepat dan informasi yang bisa diakses oleh anak-anak kita pun jadi semakin mudah dan tidak terkontrol. Untuk itu kita pun tak boleh berhenti mengaktualisasi diri agar tidak tertinggal dengan anak-anak kita. Yah, bukan untuk bersaing sih. Agar kita bisa memberikan kontrol ke mereka sesuai dengan jaman yang mereka lalui. Paling tidak, mungkin sebagian kita pernah berkata bahwa sikap orang tua kita terlalu kolot dalam mendidik kita, dan hal itu tentu saja jangan sampai kembali ke kita dengan terlontarnya kata-kata yang senada dari anak kita. Bukan begitu?

0 comments:

Posting Komentar