Review Baterai LifeFuture vs Log-On

Ponsel pintar menjadi berguna jika tetap bisa digunakan atau ponsel bisa dinyalakan. Namun apabila baterai rusak maka ponsel pun tidak akan banyak berguna meski kita bawa kemana-mana, kecuali kalau tujuannya cuman buat pamer logo atau merek tertentu tanpa orang perlu tahu itu ponsel rusak atau tidak.

Berbicara soal baterai, pasti sebagian besar orang pernah mengalaminya. Mulai kasus baterai drop sampai baterai kembung, tentu menjadi pertanda bagi kita untuk segera merogoh kocek memperbaikinya.

Beberapa orang yang berkucukupan tentunya akan memilih memperbaikinya di servis ponsel resmi atau bagi kaum mendang-mending dan berduit, mungkin membeli ponsel baru akan menjadi pilihan yang akan dilakukan.

Sedangkan untuk pengguna lain, memilih mengganti baterai dengan baterai kw menjadi alternatif pilihan yang bisa diambil meski harus dihadapkan pada beberapa resiko seperti kualitas yang tidak terlalu baik, atau malah zonk.

Sebagai panduan buat pengguna yang ingin menggunakan baterai kw sebagai alternatif mengganti baterai yang rusak, maka di sini saya akan mereview dua baterai kw yang kebetulan sudah saya gunakan.

LifeFuture

Baterai merk LifeFuture ini sebenarnya pemain lama dalam dunia perbaterian. Dulu ketika saya masih memiliki ponsel Andromax yang juga sempat rusak baterainya, saya membeli baterai LifeFuture ini di sebuah mall ponsel terkenal di kota saya. Namun sayangnya saya harus bolak-balik menukarkan ke toko tempat saya membeli tersebut, karena baterai yang diberikan kepada saya tidak dapat digunakan alias zonk. Kasusnya saat itu adalah tidak bisa diisi-ulang.

Dan tahun berganti, saya pun sudah berganti-ganti ponsel, hingga sampai pada saat tulisan ini dibuat, saya memakai redmi 7. Ya, bukan ponsel hi-end sih kalau melihat tahun pakainya. Tapi kebetulan ponsel ini saya ambil dari stok jualan saya, yang kebetulan sudah tidak diminati pasar.

Sayangnya meski tergolong ponsel fresh from the oven, ternyata redmi 7 yang saya pakai, mengalami baterai drop sebelum 1 tahun pemakaian. Mungkin sekira 6 bulan dari saya pakai. Mencari informasi di video-video youtube, ternyata kasus baterai drop redmi 7 memang banyak terjadi. Dan cara mengakalinya, dengan menjumper salah satu sirkuit di baterai, dan voila, berhasil. 

Sayangnya, metode mengakali baterai tersebut tidak bertahan lama, hanya bertahan beberapa bulan saja, yang kemudian muncul masalah baru, yaitu baterai kembung atau bunting. Maka saya pun memilih untuk mengganti dengan baterai LifeFuture tersebut.

Secara socket pemasangan, ternyata baterai LifeFuture memiliki kabel yang lebih panjang dibanding posisi socket. Mungkin ini sengaja karena baterai tersebut ternyata juga bisa dipakai pada redmi note 8 yang bisa jadi lokasi socketnya agak berbeda. Pemasangan relatif mudah dan baterai langsung bisa digunakan.

Tidak ada kendala berarti selama pemakain beberapa bulan berikutnya, hingga akhirnya pada bulan ke 7 baterai tersebut mengalami masalah kembung atau bunting kembali. Saat itu saya membeli dengan harga 80rb-an. Jadi kalau dirata-rata, harga pemakaian per bulan dari baterai tersebut sebesar 11rb-an.

Karenanya, saya mencoba memakai baterai merk lainnya. Pilihan saya jatuh pada merk Log-On. 

Log-On

Sengaja saya mencoba peruntungan dengan merk lain dengan harapan, bisa jadi merk lain tersebut memiliki masa pakai lebih lama, ya minimal harapan saya sampai satu tahun.

Tapi ternyata, setelah baterai Log-On datang dan langsung saya pasang, masalahnya langsung terlihat. Pada saat itu, masalahnya terjadi pada indikator baterai yang hanya menunjuk angka 50 dan tidak berkurang sama sekali. Kemudian tiba-tiba ponsel saya mati, yang menandakan bahwa daya baterai memang habis, namun indikator terakhir sebelum mati, masih menunjukkan angka 50.

Saya berharap ini cuman malfunction sesaat, yang setelah diisi ulang bisa normal. Namun, harapan tinggal harapan, dan baterai Log-On tersebut tidak pernah terisi penuh, karena di awal pengisian, indikator masih menunjukkan angka 50, dan sampai semalaman saya biarkan pada posisi pengisian aktif, indikator tetap tidak beranjak berubah.

Akhirnya, saya memutuskan untuk menghubungi pihak penjual, dan bersyukur sekali, pihak penjual menggaransinya dengan mengembalikan uang pembelian 100%.

Dan karena cukup lama ponsel tidak aktif karena masalah baterai, daripada mencari-cari baterai lain, saya memutuskan untuk membeli kembali merk LifeFuture. Setelah barang datang, langsung saya pasang, dan ponsel akhirnya normal kembali.

Saya pun iseng melihat kemasan baterai LifeFuture yang saya beli. Di dalam kemasan, tersedia petunjuk garansi baterai, yang ternyata bisa diklaim jika baterai rusak. Namun yang membuat saya tersenyum sinis, masa garansi baterai tersebut hanya 6 bulan.

Artinya, mungkin pihak LifeFuture sudah mengetahui seberapa kuat rata-rata baterai yang mereka jual bertahan, sehingga garansi hanya diberikan selama 6 bulan saja. Mengingat kasus rusaknya baterai LifeFuture pertama saya terjadi pada bulan ke-7.

Kesimpulannya, bisa jadi pengalaman pengguna lain ada yang lebih lama dari saya. Namun bagaimanapun juga, masa garansi sebuah produk itu menggambarkan seberapa berani produsen menanggung kerugian pada ketahanan produk mereka. 

Saya tidak menganggap baterai LifeFuture punya kualitas buruk, karena ketika seorang pengguna memilih sebuah produk dengan merk tertentu, tentunya sudah mengetahui seberapa besar resiko yang akan diambil.

Jadi buat kamu yang lebih memilih membeli merk resmi (jika tersedia), tentunya dengan harga relatif lebih mahal, maka sah-sah saja buat kamu membeliny. Toh itu duit kamu sendiri. Namun jika memilih untuk menggunakan baterai berkualitas KW, maka juga harus disadari segala resiko yang terjadi dikemudian hari. Jadilah pembeli yang bijak.

Semoga pengalaman ini bisa bermanfaat untuk memutuskan membeli sebuah merk tertentu.***

0 comments:

Posting Komentar